Kamis, 17 Desember 2015

Megapower Diversitas Indonesia

Akhir-akhir ini berita di media dipenuhi wajah Setya Novanto dan juga dagelan DPR soal revisi Undang-Undang KPK. Hampir semua space diisi oleh berita-berita yang itu saja. Sedikit sekali gegap-gempita media memberitakan tentang peluncuran pesawat anak bangsa olahan PT Dirgantara N-19 dan satelit buatan Lapan A2/Orari.

Kadang saya berpikir, Indonesia adalah negara yang unik. Unik bukan karena keragaman budaya dan lainnya itu, tapi unik dalam menghasilkan generasinya. Ada generasi pembangun yang mencipta dan berkreasi, dan di saat yang bersamaan ada juga generasi penghancur yang menciptakan kegaduhan negeri. Dan mirisnya, antara si kreator dan si penghancur, justru si pengancur lah yang mendapatkan panggung besar di kancah nasional. Unik atau lucu? Entahlah.

Memang, lembaga legislatif adalah lembaga strategis dalam menentukan ke mana negara ini akan melaju. Jadi wajar jika orang berdalih, itulah mengapa porsi panggung untuk anggota legislatif besar. Sedikit banyak saya setuju dengan dalih demikian, tapi menjadi geli sendiri rasanya jika ada seorang anggota DPR yang mengatakan bahwa pada
kenyataannya, rakyat tidak menginginkan Novanto dihukum. Pernyataannya itu dimuat di media sebagai konsumsi publik, membuat saya mengoreksi lagi arti 'panggung besar' itu. Hallo? Are you alien from Mars, Mr. F**** H?

Padahal, jika panggung besar itu diberikan kepada sebesar-besarnya riset dan teknologi, Indonesia bisa meraih swasembada di semua sektor. Siapa tahu, dengan porsi panggung yang lebih besar di sektor riset dan teknologi, banyak dari generasi penerus bangsa yang bercita-cita melahirkan kreasi dan inovasi untuk negeri, bukan hanya bercita-cita duduk di kursi parlemen yang pada kenyataannya, hampir semua cita-cita anggota dewan di parlemen tergerus oleh kepentingan pribadi dan kelompok yang cenderung pragmatis. Tentu, selain panggung besar, riset dan teknologi juga butuh dukungan hukum dan anggaran. Tanpa ini, riset dan teknologi akan sulit menciptakan budaya produksi demi meningkatkan daya saing.

Permasalahannya, sudah siapkah seluruh pemangku jabatan di negeri ini untuk berubah? Menatap masa depan dan menyingkirkan ego pribadi? Bekerja pada posisinya masing-masing untuk kepentingan negeri? Ini tantangan besarnya.

Indonesia dengan segala potensinya memiliki masa depan yang sangat cerah jika diberdayakan dengan benar. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan 2/3 wilayah perairan, Indonesia dianugerahi sekitar 10% total spesies flora di dunia (mencakup 38.000 spesies), 12% spesies mamalia yang mencapai 515 jenis termasuk mamalia langka seperti orangutan, harimau Sumatera, dan komodo yang hanya satu-satunya komunitasnya yang tersisa di dunia. Indonesia juga memiliki 17% dari macam spesies burung yang ada di dunia. (Iskandar: 2015).

Dengan ini menasbihkan predikat pertama Indonesia sebagai the world's center of agroindustry yang memiliki tanaman budidaya (plant cultivar) dan unggas budidaya (domesticated livestock) terbesar di dunia. Masih banyak lainnya, dari ragam spesies bunga dan tanaman, keragaman biota laut, hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Kongo adalah modal yang sangat besar bagi Indonesia untuk dapat menjadi bangsa yang mandiri dan berswasembada di semua sektor.

Satu virus yang diteliti dan dikembangkan saja oleh para ahli, Inonesia mendapatkan income fantastis berkisar miliaran rupiah. Bagaiamana jika 10, 100, 1000 virus? Tak terbayangkan lagi bagaimana makmurnya rakyat Indonesia ini. Bagaimana menanamkan cita-cita merangkul biodiversitas Indonesia memang tidaklah mudah. Stigma tentang profesi petani dan nelayan yang rendahan, membuat masyarakat Indonesia pada umumnya meninggalkan profesi tersebut dan lebih memilih sebagai pekerja kantoran. Dan mirisnya, banyak dari perusahaan-perusahaan asing yang bertengger di Indonesia. Padahal negara mereka--contohnya Amerika--tengah menggenjot bio ekonomi dan life science. Dan Indonesia adalah surga empuk riset hayati yang menjadi target mereka.

Bagaimana dengan kita? Bangsa Indonesia sendiri dalam memperlakukan karunia Tuhan ini?

Semoga kelak lahir banyak profesor riset hutan, flora, fauna, dan laut yang dapat memberdayakan petani, kesehatan, dan nelayan Indonesia. Semoga. Percayalah, harapan itu selalu ada bagi orang yang percaya. Sumber daya manusia kita tak kalah hebatnya dari diversitas hayati yang ada. Itu salah satunya sudah dibuktikan oleh PT Dirgantara dan Lapan dalam peluncuran N-19 dan A2/Orari baru-baru ini. Semoga selalu optimis semua dari kita untuk berkarya demi negeri.

With peace and love,
@sundakelapa90

Jakarta, 18 Desember 2015
Pukul 14.05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar