Minggu, 10 Januari 2016

Tak Tersulut Konflik Saudi-Iran

EGP. Rasanya salah juga jika kita bersikap masa bodo dengan konflik Arab Saudi dengan Iran. Di permukaan atau yang diketahui masyarakat awam, konflik ini adalah konflik sunni-syiah. Garis lurus-sesat. Orang suci-orang laknat. Titik. Tapi tentu saja, pembahasan tentang konflik ini tidak boleh berhenti sampai kesimpulan itu. Bahwa ada permasalahan lain yang sebenarnya besar, namun tidak muncul ke permukaan. Ibarat kata, isu sunni-syiah bak penyedap rasa. Bahwa konflik Arab Saudi-Iran bisa 'sedap' karena isu tersebut. Karena penyedap rasa begitu membuai, kita hampir lupa pada bumbu dan komposisi dasar dalam konflik tersebut.

Ketegangan Arab Saudi-Iran semakin menjadi-jadi. Puncak meletusnya pada tanggal 2 Januari 2015 kemarin, saat Ulama Syiah berpengaruh yang cukup vokal terhadap rezim Saudi, Syeikh Nimr el-Nimr, dieksekusi mati oleh Pemerintah Arab Saudi. Iran sebagai negara dengan ideologi Syiah, jelas merespons keras tentang eksekusi ini. Kasus pembakaran kantor Kedutaan Besar dan Konsulat Arab Saudi di Teheran dan Mashad (Iran), menjadikan kedua negara makin bersitegang.

Arab Saudi yang notabene 'negara suci', mulai menggalang dukungan dari negara-negara teluk. Menggalang dukungan dari organisasi-organisasi Islam dunia. Menyebarkan propaganda anti-Iran. Bahrain bahkan telah memutus kerjasama dengan Iran dan melarang warganya untuk berwisata ke Iran. Sementara negara-negara teluk yang kaya, telah memanggil duta besarnya dari Teheran tanpa proses diplomatik. Oman bahkan mengecam keras pembakaran kantor Kedubes dan Konsulat Arab Saudi di Iran itu. Sementara Iran adalah Iran. Tetap 'cool' dengan perlakuan tak adil dari negara-negara Arab lainnya. Perlu dicatat, Iran rasanya sudah terbiasa hidup mandiri. Ketegangannya dengan Amerika hingga membuat Iran diembargo, tak jadi masalah berarti untuk negara itu. Namun bukan berarti, negara ini tanpa cacat ya.

Hukum dalam negeri suatu negara memang tidak boleh dicampuri oleh pemerintah dari negara lain. Kasus eksekusi mati Syeikh Nimr el-Nimr oleh Pemerintah Arab Saudi sah-sah saja dilakukan. Namun harus melihat tindak kejahatan yang dilakukan terdakwa. Sejauh ini, Syeikh Nimr el-Nimr terkenal vokal dengan rezim Saudi. Menolak sistem dinasti (otoritarian dan korup) yang diterapkan Saudi. Hal itu sering diucapkannya secara lantang dan keras di atas mimbar. Pertanyaannya, apakah dibenarkan mengeksekusi mati seorang warga karena mengajukan aspirasi? Jika iya, di Indonesia ini, tiap harinya pasti ada yang dieksekusi mati. Dari Jonru sampai mahasiswa abal yang hobi ngomong Jokodok di sosial media. Tapi hukum tidak menjegal aspirasi bukan? Hukum menghakimi tindakan yang salah. Kasus penangkapan teroris dengan ala koboi yang langsung tembak mati di tempat, juga tidak dibenarkan bukan? Itu yang terindikasi berbuat teror (ada tindakan yang berdampak besar mengancam kesatuan NKRI). Kalau aspirasi? Syeikh Nimr? Sudahlah...

Sayangnya, menanggapi kasus ini, beberapa ormas Islam di Indonesia yang hobi 'jualan' ayat poligami, justru vokal sekali membela Saudi. Usai Syeikh Nimr dieksekusi mati, langsung muncul biografi serta pemikiran Syiah Syeikh Nimr yang meruncingkan opini: Syeikh Nimr layak dieksekusi mati karena Syiah. Itu semua muncul berupa potongan-potongan video pidato Syeikh Nimr, foto, dan lain-lain. Sementara Iran, negara dengan minyak terbaik serta kekayaan alam dan manusianya, tak dibenarkan juga membakar kantor Kedubes dan Konsulat Arab Saudi. Hal itu jelas menciderai demokrasi dan relasi antar-negara. Dan terlebih, hal itu bukanlah menyelesaikan permasalahan yang ada.

Maka, antara konflik kedua negara ini, bagaimana posisi Indonesia mengambil sikap, pastilah ditunggu-tunggu. Tapi saya yakin benar, selagi masih ada NU dan Muhammadiyah, Indonesia tidak akan mau masuk dan tersulut api konflik tersebut. Seperti ciri khas Indonesia biasanya, negara ini selalu mengambil jalur tengah. Menjadi penengah sebisanya dan negara penebar kedamaian. Maka saran saya, jangan sering-sering baca media penebar kebencian. Karena selain membuat kusut otak, juga membuat anda hanya mengkonsumsi fitnah dan data abal.

With peace and love,
@sundakelapa90

Cibubur, 11 Januari 2016
Pukul 08.05 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar