Jumat, 29 Januari 2016

Potret Dari Jerusalem

Jerusalem. Ya, nama itu selalu saja terdengar di tiga agama langit. Jerusalem adalah mother land dari penganut agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Menjadi kota suci dari sudut pandang berbeda antara umat Yahudi, Kristen, dan Islam. Menjadi tuan rumah lahirnya paham monoteisme.

Lalu apa menariknya berada di Jerusalem? Atau, mengapa kini wilayah tersebut dipenuhi konflik? Padahal merupakan rumah bagi ketiga agama semitik terbesar di dunia. Jerusalem diklaim oleh ketiga agama sebagai tempat suci mereka, membuat wilayah ini kini masuk ke dalam konflik berkepanjangan, seolah musykil bagi perdamaian menyusup masuk ke dalamnya. Meski bagi saya ini bukan konflik agama, Jerusalem nyatanya juga terlalu 'seksi' untuk diperebutkan-diperdebatkan dalam kancah politik global. Entah apa seksinya tanah ini jika dilihat dari kontur tanah dan geografis, tapi begitulah kenyataan yang terjadi. Tanah yang kurang seksi ini justru bak primadona yang diperebutkan sana-sini. Dan mirisnya kini, tanah itu justru menjadi panggung tontonan gratis masyarakat dunia akan keegoisan, pengebirian kemanusiaan, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Kebanyakan kita selalu melihat permasalahan dalam sudut pandang hitam putih. Keegoisan itu muncul nyata dengan banjirnya bom, rudal, dan tembakan-tembakan di jalur Gaza. Tak peduli berapa banyak yang mati, muslim kah, Kristiani kah, atau Yahudi kah. Pembesar-pembesar negara terus mengklaim diri paling benar. Soal jatuhnya nyawa, bagi mereka itu adalah statistik belaka.

Namun begitu, nalar saya tak pernah menemukan alasan bahwa konflik di tanah Palestina bukan disebabkan oleh Israel. Dengan ideologi Zionisnya, Israel adalah penjahat ulung. Tapi perlu dicatat dengan jelas bahwa, antara Zionisme dan Yahudi terdapat perbedaan yang sangat jauh. Publik (utama muslim), tak sedikit yang mengecam umat Yahudi akibat agresi Israel. Sadarkah mereka (sebagian umat muslim itu) bahwa Israel tengah memainkan isu agama untuk melegitimasi kekuasaannya atas Palestina?

Adakah agama yang mengajarkan membunuh orang yang tak bersalah? Adakah agama yang mengajarkan pengibirian hak asasi manusia? Adakah agama yang mengajarkan mencuri tanah orang lain? Tidak ada! Jika anda percaya bahwa ajaran Yahudi adalah ajaran tercela, berarti anda telah mengingkari kenabian Musa. Konflik di Jerusalem hari ini adalah rentetan panjang buah pemikiran picik Theodore Herzl. Dengan idelogi Zionisme, ia membuat propaganda 'suci' bagi seluruh umat Yahudi di dunia. Beberapa umat Yahudi terbius, tapi tak sedikit juga yang memiliki nalar jernih.

Seperti yang dilakukan Albert Einstein, Eric Hobsbawm, Eric Fromm, dan yang paling gemilang adalah Mantan Angkatan Udara Israel, Gilad Atzmon. Para tokoh ini adalah umat Yahudi yang lantang menolak Zionisme. Bahkan Gilad secara lugas di berbagai kesempatan mengatakan, Negara Israel harus dihapuskan dari muka bumi dan digantikan oleh kemerdekaan Palestina seutuhnya. Bagi Gilad, Zionisme adalah rekayasa manusia dengan segala intrik untuk menguasai tanah orang lain. Baginya, berdirinya Negara Israel tak lebih sebagai tanah curian (stolen land). Berbicara seperti ini, nyawa Gilad menjadi buruan nomor satu Mossad, bukan? Bayangkan betapa beraninya ia.

Bahkan SBY saja tak seberani Gilad dalam mendukung Palestina. SBY menyatakan persetujuannya akan Resolusi PBB tahun 1947 atas pembagian tanah Palestina untuk dua negara. Yakni Negara Irael dan Negara Palestina. Maksud SBY mungkin adalah menghindari pertumpahan darah yang lebih masif lagi. Tapi Gilad memiliki pandangan berbeda, ia lantang menyatakan bahwa seluruh tanah di bumi Palestina dan Israel adalah milik Palestina secara sah.

Dari sisi ini, saya menyayangkan aksi beberapa umat muslim yang anti terhadap Yudaisme--bahkan entah bagaimana mereka mengumpulkan isu dengan mengait-ngaitkan kebencian kepada umat Kristiani juga. Generalisasi terhadap umat Yahudi adalah Zionis, adalah kekerdilan nurani dan pikiran. Seorang Grand Rabi Yahudi Joel Teitelbaum tegas menyatakan bahwa Zionisme bertentangan dengan ajaran Yudaisme. Zionisme adalah ajaran setan, penuh kepicikan, the work of satan.

Teringat saya akan kata-kata bijak yang diucapkan seorang bocah Yahudi yang ditindas Hitler dan mati dalam kamp pembunuhan Auschwitz. Bocah ini adalah Anne Frank. Ia percaya bahwa setiap orang pasti memiliki sisi kebaikan dalam dirinya, sejahat apapun orang itu.

Bayangan akan Jerusalem ini membanjiri pikiran ketika saya mengamati dengan jelas galeri foto milik Fotografer asal Turki, Suleyman Gundz. Potret dari Jerusalem akan beberapa bocah yang tengah asik bermain bola di tengah reruntuhan bangunan akibat rudal dan bom, seolah meruntuhkan konstruksi konflik yang terbangun kuat dari luar Al Quds. Foto ini seolah berbicara bahwa, silakan engkau berperang, silakan engkau saling menyalahkan, silakan engkau rebut kemerdekaan kami, tapi percayalah bahwa naluri anak-anak akan kebahagian tak akan pernah hilang. Politik dan rudalmu tak dapat membuat kami lupa untuk bahagia.

Dari ini, saya berpikir bagaimana jadinya sebuah tanah tempat lahirnya tiga agama menjadi damai kembali. Akankah bisa, sambil berjalan di Jerusalem, kita bisa saling menyapa entah pada ulama, rabi, ataupun pastor? Dengan begitu, Zionis akan kehilangan mata pencaharian keserakahannya. Karena sesungguhnya, Zionis sedang memperjual-belikan kebiadaban dengan tameng kemanusiaan Yudaisme. Seperti kata Buya Syafii Maarif, Zionis bukanlah anak kandung kemanusiaan.

Our religion is humanity!

With peace and love,
@sundakelapa90

Cibubur, 29 Januari 2016
Pukul 19.13 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar