Selasa, 19 Januari 2016

Perjalanan Abdul Rahman

Dari lima ratus juta sel dalam setetes sperma yang memenuhi ruang rahim, hanya satu saja sel yang berhasil hidup dari terpaan zat asam dalam rahim. Satu sel itu kemudian menjadi benih, daging, tulang, dan nyawa. Jabang bayi itu kemudian mencari jalan keluar lewat vagina jika waktu kandungan si ibu telah sampai pada tahapannya. Nyawa itu siap menuju dunia berikutnya. Inilah yang disebut sebagai konsep kemenangan. Tiap-tiap manusia dilahirkan dengan bekal modal yang indah dari Tuhan: pemenang.

Konsep itu coba kuterjemahkan dari sebuah janin yang dikandung sembilan bulan lalu. Di mana awal diketahui keberadaan janin tersebut saat usia kandungan mencapai dua bulan. Sontak semua manusia yang hidup di luar janin tersebut bahagia. Menanti bulan ketiga, keempat, dan bulan-bulan berikutnya. Di dalam rahim, si janin berkembang mengikuti gerak kasih sayang Tuhan. Dari gumpalan darah yang hidup dalam rahim dengan denyut jantung yang aktif, ia
menyerap asupan nutrisi yang ditransfer ibu lewat tali plasenta. Dari gumpalan darah yang kecil ini, jabang bayi mulai berkembang tiap waktu ke waktunya.

Hingga dalam usia empat bulan kandungan, jabang bayi telah pandai menggunakan indera pendengarnya. Mulai meraba suara-suara yang datang dari luar sana. Menyerap kata-kata apapun, suara apapun, dan beragam bahasa apapun. Katakanlah ada sebagian masyarakat muslim yang tak percaya dengan the power of tahlil, tapi tentu tak bisa memungkiri akan the power of du'a bukan? Hentikanlah perdebatan akan hal-hal yang menguras energi, ambillah sisi positif dari suatu nasehat orangtua dulu. Jangankan tahlil dan bacaan Quran yang didengungkan pada usia kandungan jabang bayi mulai aktif mendengar, musik klasik yang terstruktur komposisinya pun sangat bermanfaat untuk kecerdasan otak bayi.

Tak heran rasanya jika Mozart begitu teliti dan detail dalam menyusun partitur musik klasiknya. Keseluruhan survei tentang musik Mozart vol 9 bahkan sepakat mengatakan, 9 dari 10 bayi yang didengarkan lagu Mozart saat dalam kandungan, sangat cerdas dalam matematika, kimia, fisika, hingga seni saat dewasanya. Tak heran, Mozart yang merupakan pemeluk Yahudi ini memang detail meneliti musik dan bagaimana menjadikan musik sebagai alat perangsang kecerdasan otak. Kini, lagu-lagu klasik Mozart telah dijadikan alat terapi bagi dunia kedokteran untuk kandungan-kandungan yang mengalami permasalahan. Lain Mozart, lain dengan Hitler. Himne Nazi yang populer di seantreo jagat dalam masa kepemimpinannya, menjadikan lagu ini seolah pembangkit propaganda Hitler. Mendengarnya seolah membangkitkan aura 'keserakahan' dan egoisme. Bayangkan jika aura negatif didengar oleh si jabang bayi, apa yang akan diterima oleh si jabang bayi soal dunia barunya kelak?

Harusnya kita umat muslim beruntung, kesempurnaan Al Quran tidak dapat disangkal lagi, tersaji di depan mata. Hikmahnya mengalir bagi tiap-tiap manusia yang serius mempelajarinya. Mozart yang tak luput dari lupa sebagai manusia, mampu menciptakan musik nomor satu di dunia. Sedangkan Al Quran yang langsung diturunkan dari Tuhan, kita masih disibukkan oleh perihal bid'ah dan ketakutan dalam arus tradisional. Padahal dalam fase pertumbuhan aktif indera pendengar, si jabang bayi 'haus' akan suara-suara. Ia mencoba raba, dunia apa yang bakal ia jalani kelak.

Empat bulan itu berlalu tanpa tahlil dan lainnya. Tapi sang ibunda tak pernah lepas membaca Al Quran. Ia hanya tak ingin masuk dalam arus tradisional. Hari berganti, usia kandungan makin berjalan. Si jabang bayi mulai mengeluarkan gerakan yang kuat. Menendang, memukul, hingga berputar perlahan mengikuti ritme usia yang telah dimilikinya. Ia terus ditansfer asupan gizi dari apa-apa yang dimakan ibunda. Membuang zat metabolisme yang tak berguna lewat tali plasenta. Tali ini bagiku, adalah satu-satunya tali multifungsi yang ajaib. Orisinal dari Tuhan. Bayangkan, dengan tali ini, si jabang bayi bisa makan, bernafas, hingga menransfer zat yang tidak diperlukannya ke luar rahim.

Menanjak usia sembilan bulan kandungan, ibunda mempersibuk diri mengecek kandungannya ke dokter. Ternyata, jabang bayi yang dikandungnya sungsang--tersesat mencari lubang vagina untuk keluar. Disarankan oleh orangtua agar si ibunda segera melakukan ceasar. Namun ibunda menolak, ia ingin melahirkan secara normal. Jika masih bisa berikhtiar normal, ia akan usahakan normal. Hari berikutnya, gerakan jabang bayi dalam kandungannya melemah. Puncaknya, tak ada pergerakan apapun esoknya. Ibunda tak mengambil curiga, ia percaya si jabang bayi tengah tidak aktif saja. Ibunda bersama suami pun pergi melakukan perjalanan Jakarta-Jati Luhur.

Dua hari kemudian, berita duka datang. Jabang bayi dikabarkan telah meninggal di dalam rahim sang ibu. Kantong transparan yang membungkus si bayi di dalam rahim pecah, hingga akhirnya air ketuban masuk dan terminum si bayi. Itulah yang menyebabkan jabang bayi tak bergerak dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Ibunda kecewa, menangis sejadi-jadinya. Sembilan bulan dikandung, jabang bayi itu bahkan tak berniat mengeluarkan suara di alam dunia. Ia hanya dikeluarkan dari proses operasi caesar, untuk kemudian dibungkus kafan.

Innalillahi wa innailaihi rajiun.

Bayi ini diberi nama Abdul Rahman. Datang sebagai pemenang, dan pulang sebagai pemenang juga. Meninggalkan banyak pelajaran untuk orang yang hidup. Perjalanannya yang singkat, sangat berkesan bagiku. Di alam rahim, ia bergerak dengan lincah. Lalu dikeluarkan ke dunia, hanya sekadar menjemput kafannya. Dan kemudian, seperti tak kenal sopan santun, ia mendahului siapapun orang yang lebih tua darinya, untuk mencicipi liang lahad terlebih dahulu. Perjalanan yang terlihat singkat itu, bagiku adalah perjalanan penuh makna.

Keponakanku, Abdul Rahman, selamat jalan. Terima kasih sudah berjuang sampai dunia dan menjadi bagian dari keluarga kita.

With peace and love,
@sundakelapa90

Cibubur, 20 Januari 2016
Pukul 10.43 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar